Yoesrianto Tahir
Selasa
sekadar gejolak atau manifestasi yang berlebihan ?
Kompensasi atau yang dalam ilmu fisika dikenal dengan reaksi merupakan proses "melawan" atau menjawab atas proses yang terjadi sebelumnya. dalam ilmu fisika kita mengenal rumusan aksi = reaksi. jika diartika secara harfiah apa yang kita lakukan/perjuangkan, maka begitu pula yang akan kita dapatkan. ini merupakan teori ilmiah yang tidak terbantahkan karena merupakan hasil eksperimen orang2 pendahulu kita..seperti pula dunia logika yang mencoba menggabungkan ranah sains dan sosiologis yang memang berhubungan, bahwa teori mengenai reaksi tersebut digunakan untuk memaknai setiap gejolak sosial yang ada. rusuh, bakar2 ban, demo cuma segelintir contoh dari setiap reaksi yang dilakukan kawan2 mahasiswa untuk menjawab gejolak sosial yang ada baik yang disengaja maupun tidak disengaja atau tidak diinginkan oleh pihak manapun. ada beberapa hal yang menyebabkan reaksi akan gejolak sosial yang ada bisa terjadi seperti adanya kedekatan dengan orang banyak dan juga bisa dikarenakan gejolak sosial yang terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja dapat menimbulkan dampak yang lebih besar. reaksi terhadap gejolak sosial tersebut sebenarnya tidak memiliki ukuran, karena ini merupakan ranah sosial yang tidak berbatasan dengan kuantitas yang dapat dihitung dengan rumus2 sederhana. sangat rumit...bahkan lebih rumit dari yang pernah terbayangkan. jadi, untuk menentukan reaksi yang terjadi adalah sekadar gejolak kawula muda atau ledakan hormon saja atau merupakan manifestasi yang berlebihan menjadi hal yang butuh kajian mendalam. akan banyak pihak yang dirugikan dan dibenturkan apalagi berbicara status sosial, maka tentu akan berhubungan dengan tanggung jawab sosial dan peran yang kita mainkan. mari kita bersama memaknai setiap gejolak yang ada dan melakukan reaksi yang sesuai tanpa harus menimbulkan masalah lainnya...salam..yakin usaha sampai...
Yoesrianto Tahir
Senin
Ritual yang "perlu" dimaknai kembali....
Pengkaderan dan tingkat pendidikan
merunut pada dunia kemahasiswaan di Fakultas kita tercinta, dimana dunia akademik mengharuskan kita menyelesaikan semua kegiatan akademik kita dalam kurang dari 3 tahun, menuntut para calon pelaku lembaga nantinya harus bergerak lebih cepat dari biasanya dan dapat memaknai setiap proses yang ada untuk kemudian dijadikan pembelajran untuk lemabaga kemahasiswaan kedepan. bukan bermaksud memaksakan untuk bisa matang, tapi mempercepat kematangan. transformasi nilai dan pengetahuan dari mantan pengurus lembaga ke calon pengurus juga menjadi agenda yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan oleh para penyelenggara ritual tersebut. segala daya dan upaya harus dimaksimalkan untuk dapat memberikan kesan kepada lebih banyak calon penggiat lembaga. karena, ketimpangan yang ada hari ini, karena ketidak tahuan mereka akan kondisi kekinian lembaga. semua yang dijalankan selama satu tahun hanya bereferensikan kreatifitas belaka dan tentu saja ritual tahun sebelumnya. tidak ada yang baru yang coba ditawarkan, sementara semua sendi kehidupan baik skala makro dan mikro berubah dan berkembang dengan pesat. akankah kita terus ketinggalan ?.
jadi, memaknai setiap "proses" yang ada menajdi bagian terpenting dalam ritual yang kelak akan menjadi pijakan dasar untuk bergerak. kalo tidak, entah apa yang akan terjadi......
Yoesrianto Tahir
Makassar, 8 Mei 2006, 21.33 wita...
Selasa
Mahasiswa dan Identitas Intelektualitasnya
Landasan Teoritis dan data
jika menyandang gelar insan intelektualitas, maka seyogyanya segala tindak tanduk para mahasiswa tidak terlepas dari koridor intelektualitas. dengan senantiasa mengedepankan intelektualitas dalam setiap gerakan yang dilakukan, tentu saja setiap isu yang coba diaspirasikan atau diadvokasi dapat dikelola dengan baik. hal tersebut bisa dilakukan dengan landasan yang kuat. setiap isu yang ada harus dilengkapi dengan data dan landasan teoritis yang kuat sehingga bisa menjadi pembanding jika diajukan kepada para eksekutor. bukan tidak mungkin, jika kemudian pada saatnya tiba ketika akan melakukan advokasi para eksekutor itu memiliki data dan landasan teori yang lebih kuat. oleh karena itu, jika teman-teman mahasiswa akan melakukan advokasi maka hendaknya segala perangkat pijakan dasar untuk mengelola isu disiapkan dengan matang agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. bukan tidak mungkin, jika segala macam argumen yang diajukan bertentangan dengan teori dan fakta yang ada dilapangan. maka jadilah insan intelektual yang sejati...
Langganan:
Postingan (Atom)