Rabu

Tentang Film Avatar

oleh Nasriyadi Nasir


Film Avatar yang dirilis pada Desember 2009 bisa dibilang mendapat sambutan yang tinggi dari para pecinta film. Dan bisa dibilang hampir setiap orang yang selesai menyasikannya membicarkan tentang imajinasi dan fantasi yang luar biasa dari si pembuat film. Harus diakui hadirnya film ini juga memberikan gambaran potensi akal manusia yang tidak terbatas sehingga mampu membentuk imajiansi dan fantasi sebagaimana yang ditayangkan dari film Avatar.

Film yang bersetting di sebuah planet baru yang memiliki kehidupan yakni planet Pandora dimana didalamnya terdapat bangsa Na’vi yang merupakan penduduk asli planet tersebut. Singkat cerita, karena adanya barang tambang yang bernilai miliaran dollar pada planet itu menyebabkan invasi besar-besaran manusia keplanet tersebut dan mulai melakukan penambangan tanpa mempedulikan keberadaan bangsa Na’vi dan alam planet itu. Dan bisa dipastikan pecahlah perang antara manusia dan bangsa Na’vi.

Jika kita lihat, film ini tidak hanya mengangkat peperangan antar manusia dengan bangsa Na’vi tetapi lebih dari pada itu film ini mencoba mengangkat pertentangan dan pertarungan yang lebih substansial dan filosofis yakni pertentangan antara Antroposentrisme dan Cosmosentrisme. Pada film ini manusia mewakili pandangan antroposentrisme dan bangsa Na’vi mewakili pandangan Cosmosentrisme. Antroposentrisme dengan gagasan utamanya adalah bahwa manusia sebagai makluk tertinggi merupakan pusat dari alam ini dan alam inipun diciptakan untuk manusia sehingga pemanfaatan alam baik secara berlebihan (eksploitasi) bukanlah suatu masalah. Antroposentrisme saat ini merupakan padangan umum yang dianut oleh sebagian besar manusia. Hal ini dikarenakan pesatnya kemajuan sains dan iptek serta hampir setiap mimpi-mimpi manusia mampu diwujudkan dengan teknologi maju sehingga setiap hal yang berhubungan dengan alam atau hal alami dianggap antitesa dari kemajuan peradaban manusia. Sementara cosmosentrisme dengan gagasan utamanya bahwa pusat dari alam ini adalah alam itu sendiri dan manusia sebagai komponen dari alam ini memiliki keterkaitan yang sangat tinggi dengan alam. Cosmosentrisme merupakan pandangan yang dianut manusia pada awal munculnya manusia dibumi namun seiring perkembangan zaman pandangan ini mulai ditinggalkan dan beralih ke antroposentrisme.

Beberapa tahun terakhir ini cosmosentrisme mulai bangkit kembali. Dimotori oleh gagasan Fritjof Capra dalam bukunya The Hidden Connection dimana gagasan utamanya adalah interkoneksitas dan paradigma holistik. Dalam pandangan Capra tentang interkoneksitas dikatakan bahwa setiap realitas yang ada khususnya problematika dalam kehiduan masyarakat baik langsung maupun tidak langsung memiliki keterkaitan atau interaksi (interkoneksitas) dan karena adanya interkoneksitas ini maka untuk mencoba memahami dan menyelesaikan problematika tersebut kita harus memiliki pola pikir yang menyeluruh (holistik) bukan pola pikir yang mekanistik. Berangkat dari kesadaran tersebut, maka antroposentrisme dan pola pikir yang mekanistik dianggap merupakan penyebab utama dari munculnya problematika global seperti global warming, kemiskinan, krisis pangan global, dan lain sebagainya.

Dan akhirnya hadirnya konsep dari film avatar ini mencoba membangun kesadaran untuk kembali kegagasan cosmosentrisme dengan pandangan interkoneksitas dan holistiknya. Juga harapan dari terbangunya paradigma tersebut bisa mempercepat penyelesaian dan perbaikan dari setiap problematika yang ada.


http://www.nasriyadinasir.co.cc/2010/02/tentang-film-avatar.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar