Minggu
BASTRA LXX HMI Komisariat Kedokteran UNHAS
terhitung sejak tanggal 3 - 5 November 2006, HMI Komisariat Kedokteran Unhas kembali mengadakan Basic Training sebagai bagian dari rangkaian kaderisasi di tubuh HMI tingkat Komsiariat Kedokteran. untuk kesempatan kali ini sebanyak 26 peserta mahasiswa dari fakultas Kedokteran Unhas dari angkatan 2004 - 2006 dan 2 orang dari fakultas peternakan. formulasi baru coba diterapkan dibastra kali ini dengan memadatkan materi NDP dan Ke-HMIan dan mencoba menutupi kekurangannya di moment follow up nantinya yang grand designnya telah dituntaskan. sejuta harapan menumpuk dipundak para anggota baru kali ini, karena gelombang atmosfer akademik yang tak tentu, terus saja mendera dunia kelembagaan di Fakultas Kedokteran Unhas. setiap Lembaga Kemahasiswaan di FK Unhas masih terus mencari bentuk dan formula baru untuk melakukan kegiatan kemahasiswaan ditengah padatnya jadwal akademik di tahun pertama kuliah bagi mahasiswa baru. agenda pengkaderan kemudian mengsyaratkan gerakan baru baik organisasi maupun individu untuk terus menapak jejaknya didunia kemahasiswaan untuk terus berbuat yang terbaik bagi lingkungan dan mengabdikan diri bagi ummat dan bangsa. semoga harapan tersebut tidak habis dimakan waktu dan tinggalah asa belaka, namun bisa diwujudkan dan dimanifestasikan dalam gerak organisasi. Yakin Usaha Sampai...salam
Kamis
Puasa dan manifestasi sosialnya
Bulan penuh berkah dan penuh ampunan, penuh rahmat dan hidayah, penuh barakah dan magfirah. Segudang sebutan untuk bulan suci ramadhan yang sedang kita jalani dengan berbagai ritual ibadah puasa, tarawih, tadarus, dan lain sebagainya. Sudah menjadi pengetahuan kita bersama bahwa berpuasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga saja yang tujuanny tidak lain untuk melatih kepekaan akan ketidakberdayaan sekelompok orang lain disana yang tidak setiap hari dapat makan dan minum seperti layaknya kita. Puasa juga selayaknya diikuti dengan menahan hawa nafsu yang berhubungan dengan nafsu duniawi. Nafsu amarah, syahwat, dan nafsu lainnya yang dapat mengurangi pahala puasa. Segala efek dari puasa tadi belum ditambah lagi dengan ibadah sunnah seperti tarawih dan tadarus yang tentu akan memperkaya batin kita dengan ibadah individu. Manfaat puasa yang bisa menyeimbangkan kembali metabolisme dalam tubuh dengan mengistirahatkannya pada siang hari dan mengisinya dengan makanan pilihan tentu juga sudah menjadi pengetahuan kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, pada keadaan berpuasa, tentu kita menjadi insan yang terbebas dari segala macam yang merugikan fisik sepertimakan sembarangan, atau yang dapat merugikan batin seperti marah-marah, memikirkan syahwat, atau mengikuti nafsu lain seperti melakukan perbuatan sia-sia. Terbebasnya kita tidak mutlak menjadikan kita menjadi lebih baik. Puasa merupakan medan latihan agar segala bentuk kesia-siaan tersebut menjauh dari kita dan membiasakan diri dengan perilaku sabar, menundukkan pandangan, dan menjaga kesehatan dengan meilih makanan yang sehat dan tidak berlebihan. Jika kemudian kita dapat menagkap pesan yang coba disampaikan oleh ibadah puasa ini, tentu kita akan menjadi insan yang sehat, low profile dan berbudi pekerti luhur. Tentu dalam ranah sosial pergaulan kita menjadi lebih bermakna dengan terus menjaga silaturhami dan tidak berbuat yang diluar batas kewajaran dalam ruang dan waktu manapun itu. Karena manfaat puasa tidak hanya dapat dirasakan dalam 30/29 hari selama bulan ramadhan saja. Manfaat yang sebenarnya ketika kita bisa menjadi manusia dengan kualitas hidup yang lebih baik di 11 bulan berikutnya.
Enam Pangkal Pintar
Pertama dan yang utama adalah usaha tak kenal lelah untuk menanamkan pentingnya "nilai" ilmu pengetahuan dan bahayanya kebodohan. Ada sebuah syair Arab sering disenandungkan:
Dalam kebodohan, adalah mati sebelum mati.Jasad mereka menjadi kubur sebelum dikubur
Kedua, mendorong terciptanya cinta ilmu, gairah belajar, dan sungguh-sungguh. Termasuk di antaranya memotivasi masyarakat agar cinta prestasi, lulus dan sukses. Seperti para sahabat Nabi berjalan siang-malam selama berbulan-bulan hanya untuk mempelajari satu hadis saja. Bahkan Ibnu Abdil Barr menyebutkan, di antara para sahabat nabi ada yang rela bepergian ke luar negeri hanya untuk mengetahui satu huruf saja. Sekarang situasinya jauh berbeda, institusi pendidikan menjamur dan majelis taklim ada di mana-mana. Rasulullah saw pernah menyuruh Zaid bin Tsabit agar belajar bahasa Suryaniah dan bahasa Ibrani. Zaid langsung mempelajari dua bahasa tersebut hanya dengan rentang waktu 17 hari.
Ketiga, mengefektifkan kembali peran kaum terpelajar untuk mengisi pembelajaran masyarakat. Ini penting untuk mensinergikan antara pendidik dan "pembudayaan" pendidikan di masyarakat.
Keempat, merehabilitasi pemahaman yang keliru tentang pendidikan kaum wanita. Sebagian masyarakat cenderung beranggapan bahwa wanita tak perlu sekolah tinggi-tinggi karena toh pada akhirnya suamilah yang yang akan menentukan masa depannya kelak. Sehingga berkembang stigma negatif bahwa wanita cukup berada di kasur, sumur dan dapur. Ini tentu saja bertentangan dengan ajaran Islam yang menegaskan bahwa setiap manusia berkewajiban memenuhi kebutuhan nalarnya dengan cara menuntut ilmu. Islam yang menjunjung tinggi keseimbangan logika, fitrah, hati secara khusus dan humanisme secara umum menetapkan wanita sebagai tiang negara. Sehingga mereka sangat dimuliakan dengan menempatkan wanita (an-nisaa') sebagai nama surat dalam Al-Qur'an.
Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim laki-laki dan Muslim perempuan." Diriwayatkan oleh Bukhari, bahwa pada zaman Nabi kaum wanita meminta waktu khusus kepada Nabi untuk belajar. Sayyidah 'Aisyah radhiyallahu 'anha (isteri baginda Nabi) sangat rajin membaca, menulis dan bahkan mengajari kaum wanita. Sampai-sampai Urwah bin Zubair, keponakan Aisyah ra, berkata, "Tidak ada yang lebih ahli di bidang fiqh, syair dan kedokteran daripada Aisyah."
Sayyidah Nafisah adalah contoh lain. Saking tekun dan cerdasnya, beliau dinamakan "Nafisah al-Ilmi" (permata ilmu). Kendati demikian ia tidak pernah menganggap remeh peran pendidikan bagi wanita, dan itu dibuktikannya dengan mendidik mereka dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sayyidah Nafisah sadar bahwa wanita tidak akan pernah tahu aktifitas perannya terhadap anak, keluarga dan masyarakat apabila sang ibu buta huruf. Karena itu mereka wajib menuntut ilmu sebagaimana halnya laki-laki.
Kelima, penyadaran penuh terhadap urgensi pendidikan melalui media massa sehingga mendorong masyarakat "sadar baca" dan memotivasi para terpelajar untuk menciptakan gerakan pendidikan bagi mereka yang kurang mampu. Dan yang terakhir, tentu saja peran serta pemerintah untuk mendukung dan memberikan subsidi pendidikan yang "manusiawi."
Minggu
Pemimpin baru
Kamis
Sabtu
Selasa
sekadar gejolak atau manifestasi yang berlebihan ?
Yoesrianto Tahir
Senin
Ritual yang "perlu" dimaknai kembali....
Pengkaderan dan tingkat pendidikan
merunut pada dunia kemahasiswaan di Fakultas kita tercinta, dimana dunia akademik mengharuskan kita menyelesaikan semua kegiatan akademik kita dalam kurang dari 3 tahun, menuntut para calon pelaku lembaga nantinya harus bergerak lebih cepat dari biasanya dan dapat memaknai setiap proses yang ada untuk kemudian dijadikan pembelajran untuk lemabaga kemahasiswaan kedepan. bukan bermaksud memaksakan untuk bisa matang, tapi mempercepat kematangan. transformasi nilai dan pengetahuan dari mantan pengurus lembaga ke calon pengurus juga menjadi agenda yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan oleh para penyelenggara ritual tersebut. segala daya dan upaya harus dimaksimalkan untuk dapat memberikan kesan kepada lebih banyak calon penggiat lembaga. karena, ketimpangan yang ada hari ini, karena ketidak tahuan mereka akan kondisi kekinian lembaga. semua yang dijalankan selama satu tahun hanya bereferensikan kreatifitas belaka dan tentu saja ritual tahun sebelumnya. tidak ada yang baru yang coba ditawarkan, sementara semua sendi kehidupan baik skala makro dan mikro berubah dan berkembang dengan pesat. akankah kita terus ketinggalan ?.
jadi, memaknai setiap "proses" yang ada menajdi bagian terpenting dalam ritual yang kelak akan menjadi pijakan dasar untuk bergerak. kalo tidak, entah apa yang akan terjadi......
Yoesrianto Tahir
Makassar, 8 Mei 2006, 21.33 wita...
Selasa
Mahasiswa dan Identitas Intelektualitasnya
Landasan Teoritis dan data
jika menyandang gelar insan intelektualitas, maka seyogyanya segala tindak tanduk para mahasiswa tidak terlepas dari koridor intelektualitas. dengan senantiasa mengedepankan intelektualitas dalam setiap gerakan yang dilakukan, tentu saja setiap isu yang coba diaspirasikan atau diadvokasi dapat dikelola dengan baik. hal tersebut bisa dilakukan dengan landasan yang kuat. setiap isu yang ada harus dilengkapi dengan data dan landasan teoritis yang kuat sehingga bisa menjadi pembanding jika diajukan kepada para eksekutor. bukan tidak mungkin, jika kemudian pada saatnya tiba ketika akan melakukan advokasi para eksekutor itu memiliki data dan landasan teori yang lebih kuat. oleh karena itu, jika teman-teman mahasiswa akan melakukan advokasi maka hendaknya segala perangkat pijakan dasar untuk mengelola isu disiapkan dengan matang agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. bukan tidak mungkin, jika segala macam argumen yang diajukan bertentangan dengan teori dan fakta yang ada dilapangan. maka jadilah insan intelektual yang sejati...
Kamis
LKMI
baksos LKMI dalam rangka Milad LKMI Makassar Timur di Kera-kera, tamalanrea Makassar..letaknya tidak jauh dari kampur atau tepatnya dibelakang Unhas...kegiatan berupa pemeriksaan kesehatan gratis dan pencabutan gigi gratis..acara ini berlangsung tanggal 20 maret lalu dan diikuti sekitar 100 warga desa kera-kera...
Sabtu
Berteman bukan berarti selalu bersama
• Adanya teguran tunjukkan kasih sayang. Tapi apakah tidak adanya tegura tunjukkan ketidakacuhan, dan tidak adanya pengharapan ?
• Ada perasaan diasingkan meskipun tak tampak dari seorang yang merasa dinafikan eksistensinya dalam sesuatu yang si X ini mengakui sangat mencintainya setengah hidup
• Hidup adalah ketika kita mampu merenungi dan memaknai segala amalan baik itu baik maupun kurang baik. Dan teman yang baik adalah teman yang mampu mengawal perenungan kita dengan dengan jujur dan apa adanya.
• Pahatan peristiwa membuat teman menjadi sahabat. Namun terkadang sahabt bisa menjadi lawan yang pekat.
• Prasangka adalah sikap negatif terhadap individu atau kelompok tertentu, semata-mata karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu. Prasangka muncul karena adanya stereotip, yang memunculkan penilaian yang tidak berdasar dan pengambilan sikap sebelum menilai dengan cermat. Akibatnya terjadi penyimpangan pandangan dari kenyataan sesungguhnya serta terjadi generalisasi. Kecenderungan generalisasi akan memberikan dampak negatif jika sasaran prasangka adalah kelompok minoritas, karena akibatnya adalah tindakan diskriminasi.
• Mengutip pesan Aa Gym kemarin. Berterimakasihlah pada orang yang membencimu. Karena orang yang membencimu lebih bisa melihat dirimu yang sebenarnya. Terima kasih !!!
Nadia L. Amr
Yakin Usaha Sampai
hore..
Hore…
Hujan rintik, tapi solar berdetak kencang…
Kala itu empat roda menderu manis
Ada tikus bingkai hitam ternyata
Ia tertawa...
Riang rupanya...
Hehe...
Tawa yang indah..
Sebenarnya ia hanya tersenyum, tapi ku anggap tawa yang renyah
Sampai sampai ia bertanya apa yang tengah berada dalam otakku...
Salting sebenarnya...
Tapi itulah kekuatannya...
Hitam tak selalu suram
Hijau selalu indah
Mendung dan rintik saat itu sangat membantu
Kalau tak ada keduanya entah apa jadinya..
Tikus bingkai hitam itu berterima kasih
Dan kubilang
Kuambil kasihmu....
19 desember 2005
Nadia L Amr
Hujan rintik, tapi solar berdetak kencang…
Kala itu empat roda menderu manis
Ada tikus bingkai hitam ternyata
Ia tertawa...
Riang rupanya...
Hehe...
Tawa yang indah..
Sebenarnya ia hanya tersenyum, tapi ku anggap tawa yang renyah
Sampai sampai ia bertanya apa yang tengah berada dalam otakku...
Salting sebenarnya...
Tapi itulah kekuatannya...
Hitam tak selalu suram
Hijau selalu indah
Mendung dan rintik saat itu sangat membantu
Kalau tak ada keduanya entah apa jadinya..
Tikus bingkai hitam itu berterima kasih
Dan kubilang
Kuambil kasihmu....
19 desember 2005
Nadia L Amr
Jebakan Bernama Persepsi
Jika dalam konteks manusia, persepsi terhadap seseorang lawan jenis kadang menjadi jeratan atau jebakan untuk melangkah lebih jauh. Jika pada persepsi ke alam ide didapatkan keselarasan, maka kita akan terus melangkah untuk membentuk hubungan yang lebih baik. Namun pada kenyataannya, persepsi kadang hanya jebakan agar terperangkap dalam ruang dan waktu yang sangat sempit. Persepsi positif kadang tidak akan melulu sama dengan apa yang ada dalam alam ide kita. Yang akhirnya akan berujung ke perangkap bernama kesesatan.
Konon, menurut salah seorang kawan, semua yang kita lakukan berawal dari persepsi, kemudian diolah dalam akal, dan coba diselaraskan dengan ide, jika ditemukan kesamaan, maka jadilah ia sebagai tindakan. Namun, apakah persepsi sesaat menjadi jebakan mematikan selamanya ?
Nampaknya ada substansi lain yang tak sematp kita meliriknya. Kembali menurut seorang kawan itu dinamakan proses..yup..jika kita mau berlatih untuk bersabar dan mengerti akan proses maka hasil yang akan kita dapat kan tidak sia-sia..
”sesungguhnya yang kekal bukan bara api, tapi hasil dari pembakaran itu”
Jika kawan berani, sabar dan ikhlas untuk berproses maka setiap tindak tanduk kita dalam melaksanakan sesuatu dapat kita pertanggungjawabkan dan akan ada penjelasan. Proses inilah yang kemudian menjadi landasan untuk bertindak dan bergerak. Jika tidak sekali lagi kita akan terperangkap dalam persepsi yang ternyata jiak dibenturkan dnegan persepsi lainnya akan muncul kontradiksi. Hal itu tentu saja karena persepsi terbangun atas subjektivitas individu.
Lalu masihkahkah kita akan mengagung-agungkan persepsi yang tak memberi solusi dan landasan yang kuat dalam bertindak..maka mari bersama berproses untuk mendapat sesuatu yang jauh lebih terpelihara bukan sekedar terberi..
salam
Yakin Usaha Sampai
Penulis :
Yoesrianto Tahir
Minggu
coretan kecil untuk milad...
apalagi melihat kondisi organisasi yang dulu dibuatnya atas dasar kedua hal tersebut "keummatan dan kebangsaan" yang menurut pahaman saya tidak jauh kalah gentingnya yang justur membutuhkan perjuangan yang labih dari kalangan muda muslim yang tercerahkan..insan cita yang disandang dengan predikat akademisi, pencipta, pengabdi dan bertanggung jawab atas masyarakat adil makmur..apakah semua itu tinggal mimpi..hanya angan-angan orang2 terdahulu ? atau ikut mati bersama dengan jasad para pendahulu kita yang merumuskan NDP sebagai nafas hijau hitam kita?..
jawaban dikembalikan kemasing-masing individu..yah karena kita menghargai kemerdekaan individu bukan ?hm....tidak bermaksud mengenelisir, tapi coba ditengok kembali apa yang sudah kita bikin (untuk ader, alumni, dan anggota)..sesuaikah dnegan impian,. harapan para pendahulu kita ?..sesuai tidak dengan cita-cita HMI yang sebenarnya ?....organisasi kader, berada di Indonesia dan tempat berhimpun mahasiswa islam, jadi tugas dan tanggung jawabnya jauh lebih berat dibandingkan dengan organisasi lainya yang ruang lingkupnya lebih kecil menjadikan HMI sebagai organisasi yang menuntut begitu banyak tugas yang harus diselesaikan. ynag pada akhirnya semua itu hanya bisa terjadi jika setiap gerak kita dimanapaun dan kapanpun dilandasi dengan ikhlas dan semata-mata demi kemashlahatan ummat. sekecil apapun itu..jadi berbuat yang terbaik apa yang menurutmu terbaik dan bisa dipertanggungjawabkan kelak..
yakin usaha sampai
Sabtu
Langganan:
Postingan (Atom)